PENERBITAN PRANGKO SERI FLORA DAN FAUNA
Beo Nias (Gracula religiosa robusta)
Beo nias adalah anak jenis tiong emas yang hidup di Pulau Nias. Tiong emas merupakan sejenis jalak (Sturnidae) berwarna hitam berkilau dengan pial kuning di kepala. Iris matanya berwarna cokelat, paruh tebal dan runcing jingga kekuningan sementara kakinya berwarna kuning. Di Indonesia, jenis burung ini hidup di dataran rendah Sumatera dan Kalimantan, termasuk pulau-pulau kecil disekitarnya. Hutan di Pulau Jawa dan Bali dulu juga memiliki tiong emas dalam jumlah besar, namun kini penangkapan dan kerusakan hutan menyebabkan jenis ini sulit
ditemui.
Berbeda dengan tiong emas di pulau lain, beo nias berukuran lebih besar dan memiliki bercak putih lebih lebar pada sayapnya. Burung ini dikenal andal meniru suara manusia sehingga kerap ditangkap untuk dlijadikan hewan peliharaan. Di Indonesia, beo nias merupakan toing emas yang paling banyak diburu. Namun, tindakan ini melanggar hukum karena beo nias termasuk jenis burung yang dilindungi pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/1970.
Suweg (Amorphophallus paeonifolius)
Termasuk ke dalam suku Araceae (talas-talasan). Marga Amorphophallus mempunyai anggota sekitar 200 jenis yang tersebar mulai dari Afrika barat, subtropis Himalaya bagian timur ke subtropis Asia sampai tropikal Pasifk bagian barat dan Australia bagian utara. Sekitar 25 jenis terdapat di lndonesia, salah satunya adalah suweg.
Sepintas, tanaman suweg tampak bagaikan sebatang tonggak dengan sedikit aksesoris berupa daun yang jumlahnya tidak banyak. Namun sebenarnya, tanaman suweg juga memiliki bagian-bagian tubuh yang lengkap seperti tanaman lainnya. Bagian-bagian tubuh tanaman suweg antara lain: akar, batang, daun, umbi, bunga dan buah.
Suweg sering dijumpai tumbuh pada hutan-hutan sekunder ataupun di pinggiran hutan, pada hutan jati, pada areal pemakaman, semak-semak belukar, kebun-kebun dan pekarangan maupun pada lahan-lahan yang sudah terganggu. Suweg dapat hidup dengan baik pada tempat-tempat yang agak ternaungi maupun pada areal yang terekspos sinar matahari secara langsung pada ketinggian sampai dengan 800 m dpl.
Amorphophallus paeonifolius sering juga disebut dengan nama Amorphophallus campanulatus Menurut kaidah penamaan dalam dunia tumbuhan maka nama yang valid dan sah untuk digunakan adalah A. paeonifolius, sedangkan A. campanulatus dlikategorikan menjadi sinonimnya. Masyarakat lokal menyebut A. paeonifolius dengan nama suweg dan walur. Kedua nama ini digunakan untuk membedakan aksesi yang bisa dikonsumsi dan yang tidak layak dimakan. Suweg dan walur dapat dibed akan dari bentuk tangkai daunnya. Suweg mempunyai permukaan tangkai daun tidak terlalu kasar (bila diraba seperti berpasir), sedangkan walur mempunyai permukaan tangkai daun sangat kasar dan terlihat seperti sisik. Masyarakat diluar indonesia menyebut jenis ini dengan nama elephant foot yam, whitespot giant arum atau stink lily.
Selama ini pemanfaatan tanaman suweg masih bersifat tradisional, Di beberapa daerah daun muda tanaman suweg dimanfaatkan untuk sayur. Umbi suweg dijadikan bahan pangan terutama pada musim paceklik. Tepung yang berasal dari umbi suweg ternyata dapat diolah menjadi berbagai macam panganan, seperti onde-onde, cucur, dadar gulung, cheese stick, brownish dan aneka kue kering . Tepung suweg juga mengandung zat gizi yang cukup lengkap. Kandungan zat gizi tersebut ternyata berpotensi sebagai pangan fungsional untuk penderita penyakit degeneratif.
Suweg tersebar hampir di seluruh bagian tropis-subtropis dunia, mulai dari Madagaskar ke arah timur melewati India sampai ke kawasan Malaysia (Malaysia, Indonesia, Singapore, Filpina dan Papuasia), Thailand, IndoChina, China bagian selatan, Polynesia dan Australia bagian utara. Di indonesia sendiri, suweg dapat dijumpai hampir di semua kepulauan Indonesia.