Buk Renteng / Van der Wijck Leiding awal mulanya merupakan saluran irigasi yang memanfaatkan aliran Sungai Progo. Saluran air ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1909. Bendung Karangtalun sebagai pintu masuk air menuju saluran irigasi Van der Wijck. Saluran irigasi mengairi area perkebunan tebu di sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul. Kemudian, pada masa Pemerintahan Sri Sultan Hemengku Buwono IX, diusulkan proyek pembangunan saluran irigasi untuk menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak. Saluran ini pada masa lampau disebut sebagai Kanal Yoshiro dan pada masa kini dikenal sebagai Selokan Mataram. Bendung Karangtalun mengalirkan air melalui bangunan pembawa akuaduk ke area yang disebut dengan Daerah Irigasi Karangtalun. Daerah irigasi tersebut terdiri atas Saluran Induk Karangtalun yang diteruskan ke Saluran Induk Van der Wijck dan Saluran Induk Mataram.
Monumen Gong Perdamaian Dunia di Ambon adalah sebuah simbol perdamaian yang berlokasi di Taman Pelita, dekat pusat kota Ambon. Monumen ini merupakan yang ke-35 di dunia dan ketiga di Indonesia. Diresmikan pada tanggal 25 November 2009 oleh Presiden Indonesia ke-6, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, monumen ini menjadi bukti bahwa perdamaian dapat terjadi di tengah-tengah konflik dan kerusuhan masa lalu. Gong Perdamaian Dunia memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Maluku. Gong ini merupakan simbol perdamaian dan persatuan yang harus selalu dijaga. Gong ini juga merupakan pengingat sejarah kelam perang saudara yang harus dijadikan pelajaran agar tidak terulang kembali.
Tugu Muda adalah sebuah monumen yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang. Tugu Muda menggambarkan semangat juang dan patriotisme warga Semarang; khususnya para pemuda yang gigih, rela berkorban dengan semangat yang tinggi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Monumen Tugu Muda memiliki ketinggian sekitar 53 meter dan berbentuk seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI yang tidak akan pernah padam. Monumen Tugu Muda bukan hanya menjadi simbol perjuangan, tetapi juga tempat wisata bersejarah yang menawan di Semarang.
Patung Sura dan Baya, yang juga dikenal sebagai Monumen Suro dan Boyo, adalah ikon paling terkenal dan pemandu Kota Surabaya. Patung ini terdiri dari dua jenis binatang, hiu dan buaya. Patung ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Surabaya. Nama "Surabaya" sendiri diyakini berasal dari dua kata: "Sura" yang berarti "hiu" dan "baya" yang berarti "buaya". Patung Sura dan Baya melambangkan “mereka yang berani menghadapi bahaya.” Secara bahasa, “sura” berarti keberanian, sedangkan “baya” berarti bahaya. Patung ini dibangun oleh pematung Sigit Margono. Meskipun asal-usul nama kota mungkin berasal dari makhluk-makhluk ini, patung tersebut telah menjadi simbol keberanian para pemuda kota dalam mempertahankan wilayah mereka. Patung ini sering menjadi latar belakang foto bagi wisatawan dan penduduk setempat.