Hubungan diplomatik Indonesia-Thailand berlangsung sejak tanggal 7 Maret 1950. Kerja sama antara kedua negara berlangsung di berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan, iptek, dan budaya. Hubungan ini diperluas lagi dengan adanya saling kunjung antara pemimpin kedua negara.
Di bidang politik, Indonesia dan Thailand sebagai negara pendiri ASEAN saling membantu dan mendukung upaya penyelesaian konflik dengan negara tetangga di kawasan ASEAN. Saat perselisihan atas kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja pada akhir 2009 pemerintah Thailand meminta pemerintah Indonesia untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut.
Di bidang Ekonomi, penasihat bidang ekonomi pada Kementerian Luar Negeri Thailand, Somjai Taphaopong, mengatakan Indonesia adalah negara partner terbesar ke dua di Asia setelah Malaysia dan ke lima di dunia. Thailand mengekspor berbagai produk ke Indonesia antara lain komponen dan suku cadang kendaraan, gula, mesin dan bahan-bahan kimia sementara impor dari Indonesia meliputi barang-barang logam, batu bara, minyak mentah, permesinan dan bahan-bahan kimia.
Indonesia dan Thailand juga bekerjasama di bidang pariwisata karena ke dua negara memiliki potensi pariwisata yang menarik disamping sebagai tujuan wisata utama di dunia yang menawarkan daerah-daerah wisata seperti wisata alam, konvensi, belanja, kuliner dan sejarah.
Thailand dan Indonesia Juga bekerjasama di bidang media massa dalam upaya mempromosikan dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Hubungan Indonesia-Thailand sebelum era kemerdekaan menurut berbagai literatur, sebenarnya hubungan antara Indonesia dan Thailand sudah dimulai sejak abad ke-8, terutama saat kejayaan kerajaan Sriwijaya yang pusat pemerintahannya berada di Sumatera Selatan. Salah satu bukti hubungan tersebut adalah ditemukannya candi-candi Buddha Sriwijaya di Chaiya, sebuah kota di Provinsi Surat Thani sebelah selatan Thailand.
Raja Rama V (Chulalongkorn) dari Thailand tercatat pernah beberapa kali melakukan kunjungan ke Indonesia khususnya ke Pulau Jawa karena beliau sangat tertarik dengan budaya Indonesia. Pada salah satu kunjungannya ke Indonesia, Raja Chulalongkorn membawa patung gajah perunggu sebagai cindera mata. Hingga kini patung gajah
tersebut diletakkan di halaman depan Musium Nasional di Jakarta, sehingga musium tersebut dikenal juga dengan sebutan Musium Gajah.
Penerbitan prangko bersama antara Indonesia dan Thailand dimaksudkan untuk menandai hubungan baik antara kedua negara. Tanggal 5 Mei 2016 disepakati untuk menandai 120 tahun kunjungan 1896.