Gerhana (dalam bahasa Inggris: eclipse) secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, ekleipsis yang berarti menghilang, terabaikan, menjadi gelap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesla, gerhana adalah bulan (matahari) gelap sebagian atau seluruhnya apabila dlilihat dari bumi, Fenomena gerhana matahari efeknya lebih jelas dibandingkan dengan gerhana bulan seperti yang banyak tercatat dalam manuskrip- manuskrip kuno atau catatan sejarah peradaban manusia. Reaksi terhadap fenomena gerhana matahari
bervariasi, tergantung kultur maupun keyakinan pada saat itu. Misalnya, gerhana matahari dianggap sebagai pertanda buruk atau hilangnya matahari karena dimakan oleh mahluk tertentu. Fenomena gerhana matahari pertama kali dijelaskan secara ilmiah oleh filsuf Yunani, Anaxagoras of Clazomenae (500-428 SM).
Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari. Karena jaraknya lebih dekat ke bumi, rata-rata 384.400 km, bulan mampu menghalangi sepenuhnya pancaran sinar matahari walau ukurannya jauh lebih kecil dari pada matahari yang jarak rata-ratanya 149.680.000 km dari bumi.
Berdasarkan jatuhnya bayangan dan jarak bulan ke bumi saat peristiwa terjadi, terdapat empat jenis gerhana matahari yang dapat terjadi, total, sebagian, annular (cincin), dan hybrid. Peristiwa yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 adalah gerhana matahari total yang sangat jarang terjadi di Indonesia, fenomena gerhana matahari total ini pernah terjadi pada 11 Juni 1983 dan diperkirakan akan terjadi lagi pada tahun 2023. Indonesia menjadi satu-satunya wilayah daratan di dunia yang menyaksikan peristiwa gerhana matahari total 2016. Wilayah lainnya adalah Samudera Hindia dan Pasifik.
Gerhana matahari total 2016 akan berlangsung selama 1 hingga 3 menit pada tanggal 9 Maret 2016, fenomena ini dapat disaksikan secara utuh di Palembang, Bangka, Belitung, Sampit, Palangkaraya Balikpapan, Poso, Palu, Luwuk, Ternate, Tidore, dan Halmahera.
Mitos Gerhana Matahari, Sebelum ilmu pengetahuan berkembang, orang-orang pada masa lalu mempunyai anggapan berbeda mengenai terjadinya gerhana matahari. Meski singkat, kegelapan yang dipicu oleh fenomena astronomi tersebut sering dikaitkan dengan dunia lain.
Berikut beberapa mitos yang berkaitan dengan peristiwa gerhana matahari dari berbagai belahan dunia:
A.Matahari dimakan - Di Vietnam kuno, orang-orang percaya bahwa gerhana matahari terjadi karena kodok raksasa makan Matahari. Sementara di China, orang-orang menuding naga telah 'melahap' matahari. Di Eropa, kaum Viking menganggap serigala yang bertanggung jawab atas 'raib'nya Sang Surya.
B.Kepala setan - Menurut mitologi Hindu, Rahu si iblis dipenggal kepalanya oleh Dewa Wisnu karena minum nektar yang diperuntukkan bagi dewa-dewa. Kepala si iblis melayang melintasi langit, dan ia menelan matahari. Untuk menakut-nakuti Rahu, orang-orang memukuli benda-benda sehingga menghasilkan bunyi nyaring pada
saat terjadi gerhana, agar iblis melepaskan matahari.
C.Anjing pencuri - Cerita rakyat Korea menuturkan bahwa seekor anjing mistis mencuri matahari, mengakibatkan terjadinya gerhana matahari.
D. Kemarahan dan peringatan, Masyarakat Yunani kuno percaya bahwa gerhana matahari merupakan tanda kemarahan dewa-dewi, dan terjadinya merupakan peringatan akan datangnya bencana dan kehancuran.
E.Pesan damai, Suku Batammaliba dari Benin dan Togo di Afrika Barat percaya dengan legenda yang mengatakan, pada saat terjadinya gerhana, matahari dan bulan sedang bertengkar. Satu-satunya cara untuk menghentikan konflik, mereka percaya, adalah orang-orang Bumi harus mengesampingkan perbedaan.
F. Jangan keluar rumah - Mitos yang lebih modern menyatakan gerhana matahari berbahaya untuk wanita hamil dan jabang bayi. Di beberapa budaya, anak-anak dan ibu hamil diminta jangan keluar rumah pada saat terjadinya gerhana.
G. Puasa - Di sebagian India, orang-orang tidak makan saat terjadinya gerhana matahari. Mereka khawatir, makanan yang dimasak saat terjadinya gerhana akan berubah menjadi racun.