LAPAN-A2, Tujuan penggunaan utama dari satelit LAPAN-A2 adalah sebagai mitigasi bencana. Satelit LAPAN-A2 sering juga disebut dengan nama satelit LAPAN-ORARI. Satelit Lapan A2 Orari diluncurkan dengan Roket PSLV C-30 dari Bandar Antariksa Satish Dhawan, Sriharikotta, india. LAPAN A2 adalah mikrosatelit yang dibuat berdasarkan satelit pertama LAPAN Tubsat yang diluncurkan 2007 lalu. Tubsat dibuat di Jerman sementara LAPAN A2 dibuat sepenuhnya di lndonesia dengan menggunakan konsultan dari Jerman.
Orari membawa Automatic Identification System AIS untuk mengidentifikasi kapal-kapal di perairan Indonesia, Orari juga membawa kamera untuk merekam video dengan pembesaran tiga kali lebih luas dari Tubsat. Menurut situs LAPAN, tujuan utama pembuatan satelit ini adalah untuk mitigasi bencana, LAPAN A2 ini membawa muatan untuk manajemen bencana. Muatannya berupa sistem radio komunikasi amatir. Struktur satelit dan subsistemnya banyak sama dengan adik Orari, Satelit LAPAN A3.
LAPAN-A3, Satelit mikro generasi ketiga ini memiliki berat 115 kilogram. Satelit membawa misi penginderaan jauh eksperimental untuk memantau sumberdaya pangan. Dengan kemampuannya, satelit ini dibangun agar mampu mengidentifikasi
tutupan dan penggunaan lahan serta pemantauan lingkungan. Muatan penginderaan jauh yang dibawa berupa 4 bands multispectral imager beresolusi 18 meter dengan lebar swath 100 kilometer. Salah satu misi LAPAN-A3 adalah pemantauan lahan pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian nasional. Tak hanya itu, satelit tersebut membawa misi pemantauan lalu lintas laut global serta pemantauan medan magnet bumi untuk keperluan penelitian.
Telkom-1 atau A2100A adalah satelit geosinkron yang diluncurkan ke angkasa untuk menggantikan satelit Palapa B2R milik Indonesia yang akan berakhir masa aktifnya pada 2001. Telkom-1 dibangun oleh perusahaan Amerika Lockheed Martin Commercial Space Systems untuk Telkom Indonesia TELKOM. Satelit Telkom-1 merupakan satelit yang memberikan saluran televisi lokal selain Palapa D Satelit Telkom-1 dibangun untuk menghubungkan setiap pulau dan kepulauan yang ada di Indonesia. Telkom membangun Telkom-1 dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan pelayanan telekomunikasi yang berkembang di Indonesia. Telkom memproyeksikan, peningkatan tahunan pelayanan telekomunikasi akan meningkat sekitar 1,5 juta unit sambungan telepon seluler per tahun dengan adanya satelot ini. Telkom-1 akan memberikan TELKOM, kapasitas lebih besar dari satelit sebelumnya, Palapa B2R, serta desain dan
manuver hidup lebih lama yakni 15 tahun. Telkom-1 akan mendukung berbagai aplikasi telekomunikasi, termasuk lalu lintas digital kecepatan tinggi yang kompatibel dengan aplikasi Very Small Aperture Terminal VSAT. Lalu lintas digital ini memungkinkan piring satelit yang sangat kecil dapat menerima sinyal dan menghilangkan kebutuhan yang tidak diperlukan.
Telkom-2 adalah satelit yang diluncurkan Telkom ke angkasa untuk menggantikan satelit Palapa B4. Satelit ini dibawa ke angkasa dengan menggunakan roket Ariane 5 dari Kourou di Guyana Perancis Telkom-2 memiliki umur operasi selama 15 tahun dan bernilai sekitar 170 juta dolar AS. Sekitar 70 persen kapasitas transponder Telkom-2 akan disewakan kepada pihak luar.
Dari 30 persen kapasitas yang akan digunakan sendiri oleh Telkom, satelit buatan Orbital Sciences Corporation ini diharapkan akan mendukung sistem komunikas transmisi backbone yang meliputi layanan telekomunikasi sambungan langsung jarak jauh SLJJ, sambungan langsung internasional SLI, internet, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan militer.
Satelit Palapa D adalah satelit komunikasi indonesia yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT.Indosat Tbk dan diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2009 pukul 16.28 WIB di Xichang Satellte Launch Center XSLC menggunakan roket Long March, Chang Zheng 3B. Satelit ini dibuat oleh Thales Alenia Space, Perancis, dan dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa C2 pada Orbit Geo Stasioner slot 113 BT yang telah selesai masa operasionalnya pada tahun 2011.
Satelit Palapa D direncanakan untuk dapat beroperasi selama 15 tahun (masa tahan di orbit selama 17,5 tahun), dan dibangun berdasarkan model platform Spacebus-4000B3 oleh Thales Alenia Space. Satelit ini berkapasitas lebih besar dibandingkan dengan Palapa C2 yang akan digantikannya Palapa D melayani cakupan area seluruh Indonesia, negara-negara ASEAN sebagian negara di Asia, Timur Tengah dan Australia. Satelit ini dilengkapi dengan 24 transponder C-band standard, 11 transponder C-band extended dan 5 transponder Ku-band sehingga satelit ini diperkirakan memiliki total massa 4100
kg saat diluncurkan, dengan daya sebesar 6 kW. Untuk mengabadikan keberadaan Satelit Indonesia, Pemerintah menerbitkan Prangko Seri Satelit Indonesia pada tanggal 27 September 2016 yang bertepatan dengan Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi dengan menampilkan Satelit Lapan-A3, Lapan A2, BRIsat, Telkom-1, Telkom-2 dan Palapa D.
BRIsat adalah nama untuk satelit milik Bank Rakyat Indonesia (BRI), sebuah perusahaan perbankan di Indonesia. Satelit BRIsat dibuat oleh Space System Loral (SSL) dan diluncurkan di pusat peluncuran Arianespace, Satelit tersebut diluncurkan oleh roket Ariane 5 di Pusat Antariksa Guyana. BRIsat merupakan satu-satunya satelit di dunia yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan yang bergerak di sektor perbankan.
Program BRisat bertujuan untuk memberikan solusi dari kelangkaan transponder perbankan di Indonesia.
Satelit BRIsat mampu menjangkau wilayah Iindonesia, ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian Tiongkok, Laut Pasifik termasuk Hawaii dan Australia Barat.