Wilayah Indonesia pada tanggal 20 April tahun 2023 ini akan kembali dilintasi Gerhana Matahari Total. Sebagai penanda peristiwa fenomena alam yang langka tersebut diluncurkan prangko seri Gerhana Matahari Total 2023 dengan mengangkat kisah cerita rakyat daerah Papua “Memecah Matahari”. Kisah cerita rakyat Papua tersebut diangkat sebagai representasi lintasan peristiwa gerhana matahari total 2023 meliputi wilayah Indonesia bagian Timur, terutama wilayah Papua. Beberapa titik lintasan terdiri dari pulau Kisar, pulau Karas, Roswar, Batu Merah dan Biak adalah daerah yang akan mengalami gerhana matahari secara total.
Cerita memecah Matahari dari Papua merupakan salah satu catatan dan cerita turun temurun dalam budaya masyarakat yang terkait dengan astronomi. Cerita-cerita dari langit yang memberi interpretasi tersendiri terhadap obyek yang ada di langit oleh masyarakat berabad lampau merupakan kasanah kekayaan budaya di Indonesia.
Narasi kisah Memecah Matahari dari Papua bercerita tentang perjuangan seorang pemuda pemberani Bernama Rangi yang hidup di selatan kaki pegunungan Jayawijaya tinggal di desa kecil yang diselimuti kegelapan. Rangi mencoba menyelamatkan desanya dari kegelapan dengan segala daya upaya. Upayanya menemui hasil dari kerja kerasnya dengan mendapatkan dua lembing sakti pemuda Rangi dengan berani melontarkan untuk memecah kegelapan yang menutupi matahari. Kegelapan yang menyelimuti matahari pun akhirnya sirna. Rangi berhasil memecah matahari dari kegelapan menuju cahaya yang terang. Kini desanya menjadi terang, penuh dengan cahaya matahari.
Narasi tersebut dipadatkan dalam rancangan tiga keping prangko. Prangko pertama, menerasikan secara visual sosok pemuda pemberani Rangi mengamati desanya yang diselimuti kegelapan. Prangko kedua, menarasikan Rangi mendapatkan dua lembing sakti yang mampu untuk memecah kegelapan yang menyelimuti matahari. Prangko ketiga, menarasikan ketika Rangi melontarkan kedua lembing sakti tersebut dan berhasil memecah matahari dan menjadikan terang kembali desanya.
Gaya visual pada ketiga keping prangko mencoba menghadirkan elemen tradisi Papua pada ragam hias yang disematkan di tubuh Rangi, hiasan kepala dan lembing khas Papua. Honai rumah adat khas Papua yang dapat ditemui di lembah Baliem di Jayawijaya juga dihadirkan dalam prangko keping pertama yang mempresentasikan desa tempat tinggal Rangi dan masyarakatnya. Sedangkan warna membangun suasana dari ketiga prangki tersebut, dari gelap yang ditandai dengan warna dingin menjadi warna panas mewakili terang cahaya matahari.
Identitas kultural Papua diangkat untuk memberikan nilai kekhasan sebagai pembeda dan menegaskan kembali bahwa Indonesia sangat kaya akan ragam budayanya.
Triyadi Guntur Wiratmo