Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia baik yang tinggal di kota maupun di desa. Fungsi air, selain untuk kebutuhan manusia sehari-hari, air juga diperlukan oleh petani untuk pengairan tanaman. Ketidaktersediaan air bisa menjadi penghambat pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Air dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti sungai, hujan, permukaan tanah dan bawah tanah. Namun, pemenuhan kebutuhan air dari sungai tidak maksimal, karena banyak sungai di Indonesia yang sudah tercemar. Pun air hujan yang ditampung tidak bisa langsung digunakan karena harus melalui pengolahan terlebih dahulu. Kebutuhan air setiap orang yang diperoleh dari tempat-tempat tersebut sepadan dengan 15.500 m3.
Ketersediaan air di Indonesia diperkirakan mencapai 694 milyar meter kubik per tahun. Namun hanya 23 persen yang sudah termanfaatkan untuk kebutuhan air baku, sedangkan 80 persen sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi (Hartoyo 2010). Seiring dengan itu, laju kerusakan lingkungan turut menyebabkan semakin banyak hilangnya ketersediaan air, sehingga diperkirakan Indonesia akan kekurangan air baku di tahun 2025 (Samekto & Winata 2010).
Salah satu solusi menanggulangi permasalahan ketersediaan air yaitu melalui penanaman bambu. Satu rumpun bambu bisa menyerap sebanyak 5 ribu liter air. Selain itu, bambu dapat menyimpan air tanah 240 persen lebih besar dibandingkan pohon pinus (Kusuma 2017). Di Provinsi Jambi, bambu kuring (Gigantochloa kuring Widjaja) tumbuh di daerah sepanjang sungai, dan daerah kering pada ketinggian 50 – 150 m dpl. Bambu ini mempunyai warna hijau kekuningan dengan garis kuning yang disebut buluh koreng biasa dan bambu yang berbatang hijau bergaris kuning kemerahan dan ungu kehitaman yang disebut buluh koreng hitam. Ada juga beberapa desa yang menyebutnya sebagai buluh elang. Dengan adanya jenis bambu endemik dan liar ini, maka keterbatasan air di daerah tersebut dapat dipertahankan.
Indonesia sendiri merupakan rumah bagi 160 spesies bambu dari 1.200 – 1.400 spesies yang ada di dunia, dimana 88 di antaranya adalah spesies khas atau endemik yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Dengan sifat rumput-rumputan yang dimilikinya, penanaman dan pertumbuhan bambu relatif mudah. Kelebihan ini sangat membantu usaha konservasi pada lahan kritis dan di daerah aliran sungai, sehingga fungsi ekologis yang sebelumnya sudah rusak dapat diperbaiki kembali dalam waktu singkat.
Prangko seri Peduli Lingkungan Hidup diterbitkan pada tanggal 05 Juni 2018.