MRT Jakarta, Katalis Perubahan Wajah Ibu Kota
Setelah menunggu bertahun-tahun, akhirnya masyarakat Jakarta-Indonesia, punya sistem Mass Rapid Transit (MRT) pertamanya. Hadirnya Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta ini merupakan katalis perubahan budaya masyarakat ibu kota untuk menjadi lebih disiplin, tepat waktu, serta menjaga kebersihan di kawasan transportasi publik. MRT Jakarta juga menjadi ruang lebur bagi semua lapisan sosial masyarakat. Area publik yang disediakan di sekitar stasiun digunakan sebagai pusat-pusat kegiatan seni dan budaya masyarakat serta media interaksi berbagai lapisan sosial. Dengan kata lain, hadirnya MRT Jakarta telah memulai babak baru wajah angkutan publik modern yang menghadirkan peradaban baru di Indonesia.
Di fase I ini, PT MRT Jakarta membangun 16 kilometer sebagai bagian dari 24 kilometer panjang total jalur Utara-Selatan. 16 kilometer tersebut terdiri dari 13 stasiun yang meliputi tujuh stasiun layang yaitu Stasiun Lebak Bulus Grab, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M BCA, dan ASEAN, sedangkan enam stasiun bawah tanah, yaitu Senayan, Istora Mandiri, Bendungan Hilir, Setiabudi Astra, Dukuh Atas BNI, dan Bundaran HI. Saat ini, PT MRT Jakarta menyediakan 16 rangkaian kereta (satu rangkaian terdiri dari enam kereta dengan kapasitas 300 orang per kereta) yang beroperasi sejak pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB setiap harinya.
Sejak beroperasi secara resmi pada 24 Maret 2019 lalu, setidaknya lebih dari 93 ribu orang menggunakan layanan MRT Jakarta setiap hari. Hingga 31 Desember 2019 lalu, tercatat sekitar 24,6 juta lebih orang telah menggunakan layanan MRT Jakarta. Masyarakat kini terbantu dengan layanan transportasi yang memiliki ketepatan waktu 100 persen tersebut. Ketepatan waktu tersebut bisa diwujudkan karena sistem persinyalan Kendali Kereta Berbasis Komunikasi (Communication-based Train Control) yang memungkinkan pengaturan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta secara otomatis oleh Pusat Kendali Operasi (Operation Control Center) serta sejumlah teknologi perkeretaapian terbaru lainnya yang baru pertama kali digunakan di Indonesia seperti sistem operasi otomatis (automatic train operation) hingga pengembangan kota dengan konsep transit oriented development. Survei kepuasan pelanggan yang dilakukan pada 2019 lalu menyebutkan nilai tingkat kepuasan pengguna mencapai 82,9.
16 kilometer ini hanyalah permulaan. Di masa depan, pada 2030 mendatang, MRT Jakarta akan punya 230 kilometer jaringan yang menjangkau seluruh wilayah DKI Jakarta, termasuk Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Sebagai main trunk atau moda transportasi utama perkotaan, MRT Jakarta adalah penyangga utama mobilitas masyarakat yang juga mendorong integrasi yang lebih baik dengan moda transportasi lain seperti bus perkotaan. Saat ini, PT MRT Jakarta memiliki hampir 700 karyawan dengan 80 persen di antaranya generasi milenial.
Menandai lahirnya sebuah terobosan yang mendorong lahirnya peradaban baru tersebut, Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara resmi menerbitkan prangko seri “Moda Raya Terpadu” pada 24 Maret 2020. Prangko dengan nominal Rp4.000,00 tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu pertama, bergambar ratangga (istilah kereta MRT Jakarta) di dalam terowongan di jalur bawah tanah dan kedua, ratangga yang sedang melewati jembatan lengkung di jalur layang. Kedua gambar tersebut mewakili dua jenis jalur yang dimiliki oleh MRT Jakarta dan menunjukkan wujud harapan dan mimpi masyarakat selama lebih dari 30 tahun penantian akan hadirnya moda raya terpadu (mass rapid transit) di Jakarta.