Indonesia memiliki banyak potensi alam unik yang menjadi sumber potensi produk indikasi geografis yang berlimpah dan tersebar di seluruh Indonesia. Indikasi Geografis adalah sebuah sertifikasi dilindungi oleh undang-undang, digunakan pada produk tertentu yang sesuai dengan lokasi geografis tertentu atau asal. Faktor lingkungan geografis memberikan ciri khas dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Lingkungan geografis tadi bisa berupa faktor alam, manusia, atau kombinasi keduanya.
Kopi Arabika Kalosi Enrekang – Sulawesi Selatan
Sejak abad XVII telah dikenal sebagai kopi terbaik di dunia. Kopi yang berasal dari perkebunan di Enrekang di sebut sebagai Kopi Kalosi, Kopi ini dikenal sebagai kopi spesial dengan rasa dan aroma yang khas. Cita rasa kopi berasal dari interaksi antara varietas kopi yang digunakan dan kondisi geografis di daerah penanaman, budidaya dan pengolahan. Metode tradisional produksi biji kopi lokal merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kualitas spesifik kopi. Kopi kalosi dihasilkan dari tanaman kopi Arabika yang ditanam di lereng pegunungan Latimojong di Enrekang dengan ketinggian antara 1.000 – 2.000 mdpl dengan jenis tanah Podsolik dan memiliki udara yang dingin dan kering.
Teh Java Preanger – Jawa Barat
Adalah teh premium yang berasal dari pucuk berkualitas baik yang ditanam di pegunungan wilayah geografis Provinsi Jawa Barat; yang masing¬ masing lokasi kebun/tanaman tehnya mempunyai kekhasan aroma tersendiri yang dikenal sebagai Teh Java Preanger dan juga disebut sebagai "komoditas emas" yang mampu merubah wilayah geografis Priangan (Preanger) menjadi wilayah "emas hijau". Nama Indikasi Geografis adalah Teh Java Preanger . Nama teh yang dihasilkan adalah Teh Hijau, Teh Hitam, dan Teh Putih, dengan Jenis Teh Hijau Steaming Java Preanger Gambung, Teh Hijau Pan Firing Java Preanger Kanaan, dan Teh Putih Java Preanger Gamboeng.
Mete Kubu – Bali
Memiliki ciri khas berwarna putih, rasanya manis-lezat, dan renyah. Mengandung kadar gula dan protein yang relatif tinggi. Kawasan perkebunan jambu mete ini berada di wilayah Kubu. Tanah di wilayah Kubu berpasir dan berdebu. Tanah liatnya mengandung unsur hara makro dan mikro yang rendah. Ekosistem pertanian dan kondisi iklimnya yang dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat menjadikannya kawasan yang sempurna untuk perkebunan jambu mete yang menghasilkan produk khas jambu mete.
Vanili Kepulauan Alor – Nusa Tenggara Timur
Vanili adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang biasa dijadikan pengharum makanan. Vanili memiliki rasa yang sangat kuat dan aroma vanilla yang khas. Polong memanjang berwarna hitam dan sedikit berkerut, tetapi dengan permukaan mengkilat, lentur dan dapat digulung dengan jari dengan mudah tanpa patah dan kemudian akan kembali ke bentuk aslinya.
“Wilayah geografis Kabupaten Alor menikmati tanah vulkanik yang dikombinasikan dengan angin pantai dan laut yang bertiup sepanjang tahun, menciptakan kondisi agroklimat yang sangat cocok untuk budidaya vanili. Faktor geografis yang menguntungkan dan pengetahuan pertanian berpadu untuk menghasilkan buah vanili berkualitas tinggi dengan aroma yang harum. Vanili Kepulauan Alor telah mendapatkan pengakuan di pasar nasional dan internasional sebagai vanili dengan kualitas yang sangat baik.
Cengkeh Minahasa - Sulawesi Utara
Cengkih atau cengkeh adalah tumbuhan hijau abadi yang tumbuh rata-rata setinggi 8–12 meter, dengan daun besar dan bunga berwarna merah yang tumbuh dalam kelompok terminal. kuncup bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia. Komoditi ini banyak digunakan dibidang industri sebagai bahan pembuatan rokok kretek sedangkan minyak cengkeh kering digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, penyedap masakan dan Cengkeh menjadi penanda sejarah, sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat Sulawesi Utara, khususnya Minahasa. Di Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah penghasil cengkeh di Indonesia dengan jumlah produksi yang cukup besar.
Pala Tomandin Fakfak - Papua barat
Pala merupakan tumbuhan buah yang mempunyai nilai tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Tumbuhan ini berumah dua sehingga dikenal pohon jantan dan betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala Tomandin Fakfak yang sebelumnya dikenal dengan nama Pala Papua . memilki nilai sejarah dan budaya yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat lokal di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Pala Tomandin Fakfak memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat di Fakfak sehingga komoditi ini menjadikan kota Fakfak dengan sebutan “Kota Pala”. Karakteristik Pala Tomandin Fakfak berbeda dengan jenis pala lainnya dan mempunyai beberapa keunggulan baik fisik maupun kimia. Produk pala Tomandin Fakfak yang diperdagangkan terdiri atas biji pala kulit, biji pala ketok, fuli kering, manisan pala basah, manisan pala kering, sirup pala, dan sari buah pala yang mempunyai cita rasa yang khas.
Disarikan dari berbagai sumber