Mandalika, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu destinasi pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangat potensial. Tidak hanya memiliki pemandangan indah, adanya Sirkuit Mandalika yang bertaraf internasional menjadi nilai tambah dan daya tarik yang tak tertandingi dari salah satu Destinasi Super Prioritas tersebut. Terlebih lagi, Sirkuit Mandalika akan menjadi tempat berlangsungnya ajang balap motor bergengsi. Salah satu daya tarik dari Sirkuit Mandalika ini adalah menawarkan pemandangan indah bagi seluruh rider yang akan berpacu di Sirkuit Mandalika. Salah satu spot terbaik dari Sirkuit Mandalika terletak pada tikungan 10. Pasalnya, di tikungan 10 disebut-sebut sebagai Tikungan Terindah, yang akan memanjakan mata para rider karena menyuguhkan pemandangan lepas pantai dan area perbukitan hijau yang luas. Tidak hanya mengandalkan pemandangan indah saja. Pembangunan lintasan di Sirkuit Mandalika juga mengedepankan standar mutu dari Federation Internationale de Motocyclisme (FIM), atau dengan kategori sirkuit kelas A agar bisa digunakan dalam event Grand Prix. Bahkan, proses pembuatan aspal di Sirkuit Mandalika menggunakan Stone Mastic Asphalt (SMA). Keunggulan aspal SMA adalah memiliki daya cengkram dengan roda yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan kecepatan dan kemudahan manuver. Keunggulan tersebutlah yang kemudian menjadikan Sirkuit Mandalika sebagai sirkuit terbaik di Indonesia.
Sirkuit Mandalika memiliki panjang 4,31 km dan total 17 tikungan. Sirkuit ini juga memiliki paddock atau garasi untuk tim balap yang mencapai hingga 40 garasi. Kapasitas Grand Stand Seating Street di sirkuit ini lebih dari 50.000 tempat, begitu juga untuk Non-Seated Area tempat duduk atau standing stand berkapasitas 138.000 orang, sirkuit ini memiliki nama resmi Pertamina International Street Circuit.
Sebagai sirkuit berstandar internasional, Sirkuit Mandalika juga memasukkan aksen lokal di permukaan jalur Sirkuit Mandalika, yaitu corak Subahnale yang merupakan corak tenun yang berasal dari Suku Sasak di Pulau Lombok. Pola ini dapat ditemukan di area run-off atau aspal luar dari pojok ke-15 dan 16 dari Sirkuit Mandalika. Subahnale dalam bahasa Suku Sasak artinya tasbih atau penyucian. Suku Sasak percaya bahwa nama ini datang dari kebiasaan perempuan lokal Sasak yang selalu mengucap kalimat tasbih saat menenun dengan pola tersebut. Kain tenun Subahnale memiliki tingkat kerumitan yang tinggi dan dibuat secara manual menggunakan alat tenun tradisional. Bahannya berasal dari tumbuhan seperti limau betel, daun indigo, daun taum, akar pohon, ranting, serat kelapa, dan banyak lainnya. Proses pembuatan memakan waktu yang lama, tetapi hasilnya merupakan suatu karya seni yang sangat indah.
Dikutip dari berbagai sumber